suatu hari saat Ayas tidak sengaja membuka hp lelakinya, Ian, terpampanglah nama seorang gadis yang Ayas sendiri pun tidak kenal. "Putriani Anggita" begitulah tulisan di hp Ian terbaca.
Dibacanya Ian sangat akrab dengan si Tria ini. Sekejab, Ayas teringat dengan cerita Ian bahwa ia memiliki seorang mantan bernama "Tria".
"apa mungkin ini Tria yang sering Ian ceritakan dahulu?" Ayas membatin pada dirinya sendiri.
Ayas mencoba berbaik sangka bahwa walaupun itu mantan Ian namun saat ini Ian adalah miliknya dan berpikir bahwa Ian akan selalu setia dengannya.
Untuk melegakan hati dan pikirannya, Ayas menceritakannya pada Ian. Jelas ketika ditanyakan jawaban pertama kali yang keluar dari mulut Ian adalah "ooh itu adik kelas aku waktu SMA dulu. Sama-sama anak osis makanya kita akrab."
Seketika Ayas merasa lega mendengar jawaban Ian. Namun, tiba2 di pikirannya timbul sekelebat pikiran yang mengganggunya.
"dulu mantan kamu yang namanya tria itu kan adik kelas kamu waktu di SMA, terus dia juga anak osis sama seperti kamu" Ayas memberanikan diri bertanya pada Ian, mengingatkannya kembali pada kenangan lamanya.
Ian hening sejenak. Bingung akan menjawab apa pada Ayas. Ayas menunggu berharap itu bukan Tria dari kenangan lamanya Ian.
"iya.itu Tria yang kamu maksud," dengan ragu Ian menjawab.
Ayas seperti tertusuk balok kayu yang besar yang langsung mengarah ke dadanya. Sesak,panas,lelah,lemas.
Ayas yang selama ini takut dengan semua kenanagan lama Ian, takut jika kenangan itu datang kembali menawarkan kisah baru yang sudah tentu meninggalkan Ayas terdiam di saat ini.
"Aku gak tau mau gimana. Aku bingung. Sudah kuduga hal ini akan terjadi. Bayangan itu sudah kuduga akan mendekatimu lagi." kata Ayas dengan dada yang semakin sesak dan semakin lemas. Rasanya ia ingin menjatuhkan dirinya sekarang juga, pergi jauh dari hadapan Ian.
"Sungguh aku merasa kasihan terhadap diriku sendiri. Seorang perempuan yag memulai dunia barunya dengan seorang laki-laki yang dahulunya sudah memiliki dunia sendiri yang sampai sekarang tidak bisa meninggalkan dania lamanya itu."
Ayas berkata dengan semua tenaganya yang masih tersisa.
"Kita berhenti saja disini. Kamu belum bisa meninggalkan kenangan lamamu sementara sudah ada aku disini." Ayas memberanikan diri memutuskan.
"Tapi aku sayang kamu Ayas." Ian mencoba meyakinkan Ayas.
"Aku memang yang kamu sayang. Tapi kamu terlalu takut untuk meninggalkan kenangan lama kamu itu. Aku pergi yaa.." Ayas meyakinkan Ian untuk menyudahi semuanya.
Ian tak ubahnya seorang anak kecil yang bingung memutuskan memilih permen yang mana ketika ia ditawarkan. Ketika ia memilih bersamaku, ia tidak bisa melupakan rasa dari permen yang sebelumnya. Sungguh aku kasihan terhadap diriku sendiri. Aku yang tidak memiliki masa lalu dengan laki-laki lain, tiba2 harus berurusan dengan masa lalu orang yang aku sayangi. Bahkan untuk meninggalkannya saja, ia tidak mau. Aku tahu ini akan terjadi, tapi aku jelas tidak bisa menerima dia dan kenangan lamanya. Mungkin aku harus punya masa lalu dulu, baru aku mengerti kenapa Ian tidak ingin meninggalkan masa lalunya. Memang aku dengannya kini, tapi hati dan pikirannya ada di kenangannya yang lalu. Ini yang terbaik Ian, aku sadar itu.
-Ayas-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar