Chapter 3 THE END
Perjalanan menuju 7 bulan sangat sangat berat. Kami bertengkar karena ia harus memberikan kado kepada sahabat wanitanya, pergi naik motor dengan sahabat wanitanya tanpa memberitahu aku, dan wallnya dengan mantan pertamanya. Masalah pertama, aku protes karena menurut aku kado itu memiliki arti khusus ketika seorang laki-laki memberikannya kepada wanita. Hmm.. aku berharap dia mengajakku patungan untuk membeli kado itu. Jika dia melakukannya, itu merupakan suatu penghargaan atas keberadaanku. Atau hanya mengajaku untuk mencari kado untuk dia. Itu juga aku seneng.
Masalah kedua, aku berada hanya berjarak beberapa meter darinya. Tapi dia hanya melengos ketika lewat di depanku. Dan tidak memberitahuku bahwa dia akan pergi dengan sahabat wanitanya. Aku tidak akan melarang tapi aku hanya butuh sebuah pemberitahuan dan itu menunjukan penghargaan kembali terhadap keberadaanku sebagai wanitanya. Aku menangis di pinggir jalan saat itu. Memalukan..tapi aku sungguh kecewa dengannya. Kenapa dia tidak bisa melakukan sesuatu yang telah aku lakukan sebagai penghargaan aku terhadap keberadaannya sebagai lelakiku. Hehe..tiap orang memang berbeda tapi setiap orang bisa belajar untuk saling menghargai toh..
Dia beralasan takut aku marah ketika tahu dia akan pergi dengan sahabat wanitanya. Tapi solusinya bukan malah tidak izin karena itu lebih menyakitkan ketika kalian tahu sendiri bahwa pasangan kalian akan pergi dengan wanita lain –walaupun itu sahabatnya-. Lebih baik aku tahu darinya dengan jelas daripada harus berprasangka yg tidak2 akibat melihat sendiri kejadian itu tanpa adanya penjelasan.
Masalah ketiga, aku memang sensitif jika menyangkut mantannya. Aku terlalu takut jika dia harus kembali dengan mantannya. Bagi aku, mantan itu adalah orang yang harus dijaga jarak ketika kita sudah punya orang lain yang ada di sisi kita. Ini untuk menjaga perasaan pasangan kita. Aku terlalu payah dengan masalah ini. Mungkin bisa dibilang, aku trauma dengan mantannya. Karena dia pernah meninggalkanku ketika awal pedekatan.
Ini masalah yang benar-benar aku tidak bisa tolerir. Maaf..
Ketika kami menjalani hari-hari bersama dan ketika bertengkar, aku sering berkata untuk “putus” dan mulai dari situ, dia berjanji untuk tidak meninggalkanku dan tidak mendua. Aku cukup percaya dengan janjinya. Kami pernah berjanji di parkiran salah satu fakultas lain di kampus kami. Malam itu kami mengaitkan kelingking kami dan berjanji untuk tidak saling meninggalkan. Sungguh..sekali lagi aku merasa nyamaaaan sekali ketika berada di dekatnya.
Aku sering sekali hanya sekedar duduk di sebuah rumah panggung, tempat aktifitas kami setelah kuliah, hanya untuk melihatnya. Melihatnya walau hanya sebentar, memiliki arti tersendiri bagiku. Aku suka melihat dia. Bahkan sampai hari ini.
Dia memilih berteman padaku saat 16 oktober. Rasanya badanku lemas sekali membaca pesan darinya. Aku tidak mau hal itu terjadi. Yaa..rutinitas yg dilakukan seorang perempuan saat hatinya terluka adalah menangis. Aku menangis. Menagisi dia. Menangisi kenapa aku dulu menerimanya. Menyesali perkenalan aku dengannya. Menyesali keputusanku saat berkata YA. Aku percaya dia yang pertama dan terakhir untukku. Tapi hari itu semuanya hancur. Seperti tersiram lava panas dari gunung merapi. Hehe..
7 bulan kemarin, apakah sungguh tidak berarti baginya? Baiklah..aku mengikuti kemauannya. We broke up. Dan ketika di kampus aku tidak bisa bersikap seperti biasa terhadapnya. Aku tidak bisa menegurnya secara normal. Bahkan aku berpura-pura tidak kenal. Inilah aku. Jika masih dekat atau bersosialisasi dengannya, aku bisa makin sayang dengannya. Jadi lebih baik aku tidak mengetahui apapun darinya dengan cara menjauhinya.
Ternyata menjauh dari orang yang disayang tidaklah mudah. Setiap malam aku berpikiran untuk mengiriminya sebuah pesan di hpku. Dan berharap dia kembali padaku. Aku selalu berdoa kepada Tuhanku. Nama dia selalu ada dalam doaku. Andai ia tahu..
23 oktober, kami menonton bersama dengan teman-teman kampus. Kami memarkirkan motor kami di tempat yang sama. Dia berjalan sangat cepat. Mungkin tidak ingin dekat denganku. Yaa i accepted that. Okai..aku berharap tidak bersebelahan dengannya. Tapi pupus sudah keinginanku itu. Cukup berhasil aku terpisah satu nomor dengannya, tapi apa daya, permohonan temanku untuk tidak berada diantara kami. Aku mengalah dengan duduk tepat di samping kanannya. Tertegun melihat kebiasaan barunya. Dulu saat berdua menonton dengannya, hpnya dimasukan dalam tas dan tidak membalas sms sedikitpun. Kini, dia sibuk membalas sms dari hpnya dan sangat rapat ia menutupinya dariku. Well..semakin nelangsa hati saya! Bertanya-tanya apakah itu sms datang dari pujaan hatinya,,bukan aku yang jelas. Weeeitss..tanpa dinyana-nyana, air mataku menetes. Buru-buru aku mengusapnya. Malu juga kalo terlihat aku menangis. Okee,,aku kedinginan ternyata. Karena bajuku basah kuyub dalam perjalanan ke bioskop. Dia meminjamkan jaketnya untukku. Oh my!! My heart was going crazy!! Dan dengan spontan aku berkata ,“ udaaaah jangan baik sama aku. Kalo begini terus aku bisa tambah suka sama kamu.” Dan dia menjawab ,“yauda kita balikan yaa..”
Okee..makin sinting otak aku denger kalimat dia itu.
Kita balikan. Aku cukup senang. Tapiiii...18 oktober dia mengirim sms untuk minta sendirian. God! !
Am i a yoyo??he can do like that to me! Dan beberapa menit kemudian dia mengirim sms lagi bahwa lupain sms dia sebelum ini. Well done boy! Another way to make my tears get out from my little eyes. Yaa kemudian kami bertemu untuk berbicara. Aku tetap tidak ingin putus. Karena entah kenapa aku masih yakin, dia masih sayang terhadapku. Mudah-mudahan bukan semata kegeeranku.
Mati-matian malam itu aku kubur dalam-dalam egoku dan pertahanin dia. Entah sudah berada dimana harga diri seorang wanita saat itu. We have a deal, we’ll continue. Tapi rasanya, aku seperti memaksakan seseorang untuk berbuat yang tidak dia sukai. Dan sakit sekalgius lelah sekali rasanya. Aku mencoba aktif. Aku tinggalkan diriku yang pasif. Berharap usahaku ini mengembalikan dia seperti dulu. Aku tahu dia sedang banyak masalah. Dan walau dia tidak ingin bercerita kepadaku, aku berusaha mencari tahu lewat teman-temannya. Sesabar mungkin aku bertahan. Sebisa mungkin aku menjadi aktif. Ketika hampir semua orang-orang di sekitarku menyarankan untuk meninggalkan dia, tapi aku tetap tidak mau. Aku sayang dia. Aku yakin dia hanya jenuh sesaat. Mudah-mudahan begitu.
Hari ini 1 november, hari pertama ketika aku setuju untuk break dengannya sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Rasanya sedih sekali. Aku selalu berusaha menjadi seseorang yang dia inginkan. Aku selalu berusaha mempertahankan hubungan ini. Tapi ketika hubungan ini dijalankan satu arah, hanya dari aku saja, rasanya hati ini lelah. Seperti bertepuk sebelah tangan.
Andai ia membaca tulisan ini, aku berharap kita kembali seperti dulu. Apapun masalah yg sedang dia hadapi,aku bersedia jika dia ingin berbagi denganku. Kita berdua bukan lagi 2 anak SMA yang berhubungan hanya untuk senang-senang. Kita 2 orang mahasiswa yang sudah harus serius dalam menjalani ini. Ketika ada masalah, dan ingin sendiri, bukan putus jawaban akhirnya.
Aku mencoba mengerti dia. Aku yakin dengan dia. Bahkan sampai sekarang mata ini sudah tidak bisa melihat orang lain lagi.
Aku memang banyak sekali kekurangan. Hal seperti ini adalah kali pertama dalam hidupku. Dia, sudah terlanjur membuat hati ini tertambat.
Dalam doaku selalu ada namanya, dalam mimpiku entah kenapa selalu ada wajahnya, dalam kekurangannya aku menerimanya tanpa pertimbangan. Dengannya aku belajar menyayangi tanpa pamrih. Dengannya aku belajar sayang dan menghargai orang lain.
There’re many fish in the sea,then go fishing! Aren’t women supposed to be “the fih” and men “the fishermen”? even if men are supposed to be “the fish” then women would be the “cute beautiful little fish” that “the male fish” are after,right? ¬- Lex, divortiare-
Inilah kami. Saat aku sangat sayang terhadap dia, dan berusaha mendekat, dia pergi jauh. Dan mencoba semakin jauh. Dan dari semuanya, aku sayang dia. Aku yakin terhadapnya. Kenangan semua itu: gelang, novel, kartu ucapan, bisokop,bkm, bpm, message fb, motor kami,dll biarkanlah begitu. Supaya aku ingat, aku pernah bahagia dengan dia. Terima kasih untuk quality time selama 7 bulan lebih ini. Sayang sekali, bulan ke 8 tidak bisa aku peringati lagi dengannya. Good bye my lover. Good bye my first man. My heart gonna miss you all the time. Wish you always remember me as a very nice memories. Dan sungguh masih berharap, we fix it together. Dan Allah, berikan jalan yang terbaik bagi aku dan dia.
Mungkin ketika dia membaca tulisan ini, sudah tidak berpengaruh apapun untuk hatinya. Tulisan ini hanya sekedar curahan hati seorang Aku yang mencoba mempertahankan sesuatu yang setiap hari ada di pikirannya. Dan seorang Aku pun tidak bisa memaksakan hati Dia yang sudah memilih keputusan yang dia inginkan. Aku sayang Dia.
1 komentar:
to start anew,keep the past behind as a lesson^^
Posting Komentar